Wednesday, June 15, 2011

[FF/S/NC-17/1] FALSE LOVE LIKE



TITLE: FALSE LOVE LIKE
GENRE: ROMANCE
LANGUAGE: BAHASA INDONESIA
RATING: NC-17/Straight
CASTS:
- Oh Won Bin
- Han Ye Won
- Song Seung Hyun


“Yewon-a, menikahlah denganku,”ucap seorang pria tampan pada seorang wanita yang tengah menyuap jjangjjangmyunnya. Wanita itu langsung menatap wajah pria itu dan sejurus kemudian dia tertawa.
“Seunghyun-a, wajahmu benar-benar lucu,”ucap wanita itu di sela tawanya. Pria bernama Seunghyun itu langsung menggenggam tangannya dan membuat wanita itu berhenti tertawa dan menatap wajah serius pria itu.
“Aku sungguh-sungguh, Yewon-a,”ucapnya serius. Yewon hanya tersenyum simpul.
“Aku ingin menjadikan Yebin sebagai anakku yang sah secara hukum. Aku ingin membangun sebuah keluarga dengan kalian,”jelas Seunghyun.
“Aku tau. Hanya saja… Aku belum siap, Seunghyun-a. Luka yang ditinggalkan pria itu masih tertanam kuat disini,”ucap Yewon seraya menyentuh jantungnya.
“Tapi terima kasih karena kau mau menjadi ayah angkat untuk Yebin. Bahkan memberikan nama keluargamu untuknya. Dan, membiarkannya memanggilmu appa. Hanya saja, aku belum bisa menjalin sebuah hubungan,”tolak Yewon secara halus. Seunghyun terdiam. Dia melepaskan genggaman tangannya di tangan Yewon dan menyandarkan punggungnya di kursi. Dia mengetuk-ngetukkan jarinya seraya menghela napas.
“Baiklah, aku mengerti,”ucapnya kemudian.
“Tapi, apa kau tidak menyukaiku?,”tanyanya kembali menatap Yewon. Yewon hanya tersenyum.
“Menurutmu?,”tanyanya dengan kerlingan nakal. Seunghyun tersenyum lebar dan meraih rambut Yewon lalu mengacak-acaknya penuh sayang.
“Ah… Oppa, aku harus ke perpustakaan,”ucap Yewon teringat sesuatu dan berdiri.
“Kenapa?,”tanya Seunghyun tetap duduk menatap Yewon yang tengah membereskan barang-barangnya.
“Aku harus mencari bahan untuk skripsiku. Annyeong!!,”pamit Yewon lalu berlalu. Seunghyun menopang dagunya dengan tangan di atas meja dan menatap Yewon yang semakin menjauh sambil menyeruput jus jeruknya. Pria itu kemudian mengeluarkan ponsel dari sakunya dan tersenyum menatap layar. Sebuah foto terpampang manis disana. Foto dirinya, Yewon dan juga Yebin, Song Ye Bin.
“Aku sudah tidak ada jadwal kuliah. Aku pulang saja,”ucap Seunghyun lalu beranjak pergi dari kantin kampus.
====
Yewon, gadis berusia 23 tahun itu kini tengah duduk di hadapan bertumpuk-tumpuk buku. Buku yang menjadi referensinya untuk membuat skripsi. Mungkin semua orang yang tau statusnya akan merasa heran. Di umur yang masih muda, dia sudah mempunyai seorang anak berusia 3 tahun. Ya, sebuah kenakalan di masa remaja membuat kehidupannya berubah. Membuatnya menjadi pribadi yang lebih tegar dan juga bertanggung jawab. Dia menyesali semua yang terjadi, apalagi menyadari bahwa mantan kekasihnya, pria yang telah menanamkan benih di rahimnya justru pergi meninggalkannya. Ya, pria tidak bertanggung jawab yang membuatnya menyesal telah memberikan dirinya pada pria itu. Pria yang bahkan tidak ingin dia ingat lagi namanya. Tapi walau bagaimana pun, nama Oh Won Bin memang tidak bisa di hapus begitu saja. Jalinan kasih yang dulu telah mereka rajut selama 3 tahun tentunya memiliki begitu banyak kenangan manis, walau memang harus di akhiri dengan sebuah kepahitan. Tapi, tidak sepenuhnya dia merasa menyesal. Karena benih yang telah ditanamkan Wonbin, kini menjadi sosok malaikat baginya. Peri kecil yang akan selalu membuatnya tersenyum.
“Ahjumma, Yebin mana?,”Yewon menelpon pembantunya untuk menanyakan kabar putri kecilnya itu.
“Nona kecil sedang bermain dengan tuan, nyonya,”jawab Sunny.
“Seunghyun oppa?,”ucap Yewon sedikit kaget.
“Sejak kapan dia disana?,”tanya Yewon.
“Sejak 1 jam lalu. Nyoya kapan pulang?,”tanya Sunny. Yewon melirik jam tangannya dan menyadari bahwa sudah 1 jam lebih dia berkutat di perpustakaan.
“Mungkin 1 jam lagi,”jawab Yewon.
“Tuan mengatakan akan menjemput nyonya,”ucap Sunny saat melihat isyarat dari Seunghyun.
“Baiklah,”ucap Yewon lalu mengakhiri sambungan dua arah itu.
Yewon tersenyum saat melihat wallpaper ponselnya, sama seperti Seunghyun.
“Hmmm…,”gumam Yewon.
====
Seunghyun sedang berbaring miring di samping Yebin, memperhatikan anak yang tengah menyusun puzzle itu.
“Bukan disitu,”ucap Seunghyun saat melihat anak itu kesulitan memasukan puzzle. Yebin mengarahkan puzzle yang tengah dipegangnya ke arah yang ditunjuk Seunghyun.
“Selesai,”ucap Yebin tersenyum senang setelah berhasil menyelesakan puzzle itu. Seunghyun meraih gadis kecil itu dan mendudukkannya di perutnya.
“Yebin-a, apa kau sayang appa?,”tanya Seunghyun dan Yebin langsung mengangguk dengan senyum malaikatnya.
“Seberapa?,”tanya Seunghyun.
“Sangat sayang,”jawab Yebin sambil membuat lingkaran besar dengan kedua tangannya yang mungil.
“Ahh… Lucunya,”ucap Seunghyun mencubit dengan gemas pipi anak itu.
“Ppoppo,”pinta Seunghyun dan Yebin langsung mendekatkan wajahnya.
“Ahh… Seandainya aku bisa meminta ciuman pada umma mu,”canda Seunghyun dan Yebin hanya tersenyum.

“Yebin-a, appa harus menjemput umma. Kau dengan Sunny ahjumma dulu, ok?,”ucap Seunghyun dan Yebin mengangguk.
“Bawa permen, appa,”pinta Yebin.
“Baiklah, pasti appa belikan. Kau mandi saja dulu ya,”ucap Seunghyun lalu mencium pelan pipi anak itu sebelum pergi. Sunny ahjumma segera menggendong Yebin dan membawa anak itu ke kamar mandi untuk mandi sore. Yebin bergelayut manja pada wanita paruh baya itu. Untung saja Yebin senang bermain air, jadi mengajak anak itu mandi tidak terasa sulit bagi Sunny ahjumma, hanya saja… menyuruh anak itu untuk keluar dari baklah yang menyulitkan wanita paruh baya itu. Dan biasanya, hanya tuannya lah yang bisa membujuk nona kecilnya itu untuk menyudahi acara mandinya.

Seperti biasa Seunghyun menunggu Yewon di stasiun subway. Yewon memang lebih terbiasa untuk naik subway dari pada bus. Dilihatnya Yewon menuruni kereta dan menghampirinya. Dia tau sekali bahwa Yewon pasti sangat lelah dengan skripsinya, maka dia pun langsung memberikan pelukan kepada wanita itu.
“Capek?,”tanya Seunghyun sambil menyibakkan rambut yang sedikit menutupi wajah Yewon.
“Ya,”jawab Yewon singkat.
“Sepertinya pelukan dariku sudah tidak ampuh. Apakah aku perlu memberimu kecupan?,”goda Seunghyun yang langsung mendapat cubitan di pinggangnya.
“Tsk… Yebin saja mau menciumku. Masa kau tidak mau?,”tanya Seunghyun sambil merangkul Yewon dan mereka menaiki tangga stasiun.
“Karena dia itu masih kecil. Dan lagi, kau terus memintanya untuk menciummu. Kau memberikan contoh yang buruk, oppa,”ucap Yewon.
“Itu kan karena kau juga. Kalau kau mau menciumku setiap hari, mungkin aku tidak akan memintanya pada Yebin,”ucap Seunghyun mengerling nakal pada Yewon.
“Sudahlah, jangan dibahas,”ucap Yewon akhirnya.
“Kenapa? Apa kau malu?,”bisik Seunghyun. Yewon langsung melepas rangkulan pria itu di bahunya dan berjalan mendahuluinya. Seunghyun hanya tersenyum di belakangnya dan berlari kecil untuk menyusul wanita itu.
====
Yebin langsung membuka pintu saat di dengarnya suara mobil Seunghyun terparkir di halaman rumah. Gadis kecil itu langsung melompat ke arah Yewon dan mendaratkan ciuman di pipi ibunya itu.
“Wah… Kau sudah mandi ternyata. Bagaimana cara ahjumma membujukmu keluar dari bak?,”tanya Yewon sambil berjalan masuk. Seunghyun mengikuti mereka dari belakang.
“Ahjumma memberiku lollipop,”jawab Yebin.
“Kalau begitu appa tidak perlu memberimu permen ya,”ucap Seunghyun yang langsung membuat Yebin mengerucutkan bibirnya.
“Baiklah… baiklah… ini,”ucap Seunghyun lalu menyodorkan permen lollipop pada anak itu dan langsung diambilnya.
“Makannya nanti saja ya, Yebin-a. Sekarang kau bermain saja dulu dengan appa. Umma mau mandi,”ucap Yewon lalu menurunkan gadis kecil itu.

Yewon sedang menyiapkan makan malam dibantu oleh Sunny ahjumma. Dia sesekali mengintip ke arah ruang keluarga untuk memperhatikan apa yang dilakukan Seunghyun dan juga Yebin. Dan ternyata kedua orang itu kini tengah serius. Seunghyun sedang serius menatap laptopnya dan Yebin duduk di sampingnya memperhatikan walau terkadang dengan jahil anak itu memencet-mencet tombol atau bahkan naik ke pangkuan Seunghyun. Tetapi Seunghyun hanya menegur anak itu. Dan kini dia malah tengah mengajari Yebin bermain game yang ada di laptopnya.
“Ahjumma, apakah Seunghyun oppa selalu seperti itu?,”tanya Yewon. Sunny memperhatikan arah pandang nyonya nya itu dan tersenyum simpul.
“Tuan memang seperti itu. Dia sangat menyukai anak-anak. Tapi saya sendiri tidak menyangka bahwa pria seperti tuan bisa menghadapi anak kecil. Karena tingkah tuan sendiri seperti anak kecil,”jawab Sunny. Yewon mengangguk setuju,”Ya, Seunghyun oppa memang seperti anak kecil. Jadi wajar saja kalau dia akrab dengan Yebin. Aku seperti mempunyai dua anak saja,”ucap Yewon lalu keluar dari dapur dan menghampiri 2 orang yang tengah asyik bermain itu.
“Saatnya makan, anak-anak,”ucap Yewon. Seunghyun menoleh dan menggembungkan pipinya.
“Apa maksudnya itu? Aku ini seorang appa, Yewon-a,”ucap Seunghyun.
“Ne, Seunghyun appa,”ucap Yewon sambil meraih Yebin dan menggendongnya menuju meja makan. Sunny ahjumma sendiri sudah tidak ada disana, pembantunya itu makan di tempat yang memang khusus untuknya. Setelah Yewon mendudukkan Yebin di meja, dia menuangkan nasi untuk Seunghyun dan memberikannya pada pria itu. Seunghyun mencicipi masakan di hadapannya,”Sudah ada kemajuan,”komentarnya yang langsung mendapat tatapan tajam dari Yewon.
“Tenang saja, enak kok,”ralat Seunghyun kemudian. Yewon sendiri sekarang sedang menyuapi Yebin. Walau memang sebenarnya bisa saja dia meminta Sunny ahjumma yang melakukannya. Hanya saja, dia tetap ingin merasakan merawat anaknya sendiri di tengah kesibukannya, walau hanya menyuapi Yebin saat makan malam.
“Aaa…,”ucap Seunghyun. Yewon langsung menoleh dan melihat Seunghyun menyodorkan sesendok nasi ke depan mulutnya. Yewon pun membuka mulutnya dan setelah itu Seunghyun menyuapinya dengan lauk-pauk.
“Biar aku yang menyuapimu,”canda Seunghyun.
“Habiskan makananmu!,”perintah Yewon.

Seunghyun masuk ke kamar Yewon dan melihat wanita itu tengah duduk di hadapan laptopnya, melanjutkan skripsinya.
“Sudah malam. Tidurlah. Lanjutkan besok,”ucap Seunghyun bersandar di meja Yewon.
“Tidak bisa, masih banyak yang belum kukerjakan,”tolak Yewon. Seunghyun segera menarik Yewon sehingga membuat wanita itu berdiri dan menuntunnya ke atas ranjang.
“Kau tidurlah. Aku tidak mau kau sakit. Apa kau mau Yebin sedih? Huh?,”tanya Seunghyun mendorong pelan bahu Yewon agar wanita itu berbaring dan menyelimutinya.
“Aku juga pasti akan sedih kalau kau sakit, Yewon-a. Dan lagi, memangnya kau tidak ingat janjiku dulu? Aku berjanji akan membuatmu sehat. Ingat?,”ucap Seunghyun.
“Ya, aku ingat, dokter Seunghyun,”canda Yewon. Seunghyun menundukkan wajahnya dan mengecup pelan pipi Yewon, membuat Yewon sedikit kaget.
“Tidak masalahkan kalau hanya di pipi?,”ucap Seunghyun dengan kerlingan nakalnya lalu berjalan mematikan laptop Yewon dan setelah itu menutup pintu kamarnya. Yewon menyentuh kedua pipinya yang dirasakan memanas.
“Tidak taukah dia kenapa aku melarangnya menciumku?,”gumam Yewon lalu menutup wajahnya dengan selimut dan memejamkan matanya.
====
London, 30 Juni 2010

“Wonbin-a, lusa kau harus ikut aku ke Seoul,”ucap seorang pria tampan pada Wonbin yang saat ini tengah menikmati sarapannya.
“Kau jangan gila, Jonghoon-a. Aku tidak mau. Benar-benar tidak mau dan tidak akan pernah menginjakkan kakiku di kota itu lagi,”tolak Wonbin keras.
“Ya! Yang benar saja. Mau sampai kapan kau kabur dari Yewon, Wonbin-a? Dan lagi, apa kau tidak ingin melihat wajah anakmu?,”tanya pria bernama Jonghoon.
“Anak? Jonghoon-a, kau jangan membuatku tersedak. Tidak mungkin Yewon melahirkan anak itu. Yang benar saja,”ucap Wonbin menggelengkan kepalanya heran.
“Bisa saja. Lagi pula, saat kau kabur kalian belum menggugurkan kandungannya kan? Jadi, masih ada kemungkinan bahwa anakmu saat ini sudah lahir,”ucap Jonghoon, lalu pria tampan itu terlihat berpikir.
“Mungkin umurnya sudah 3 tahun saat ini,”terka Jonghoon.
“Berhentilah mengucapkan kata-kata bodoh atau aku akan melemparmu dengan pisau di tanganku ini,”ancam Wonbin.
“Ckckck… terserah kau sajalah. Yang pasti lusa kau harus ikut bersamaku,”ucap Jonghoon lalu pergi meninggalkan Wonbin begitu saja.

Wonbin mengepak semua baju-bajunya. Ya, pada akhirnya dia harus mengikuti kemauan sahabatnya yang seperti iblis itu. Jonghoon memang benar-benar licik. Dia menggunakan uang sebagai ancaman dan sialnya, ternyata orang tuanya bersekongkol dengan orang licik itu. Wonbin menunduk saat melihat selembar kertas terjatuh dari passport yang memang sudah lama tidak dia pakai. Dia mengambil kertas yang ternyata selembar foto itu. Terpampang wajahnya dan juga mantan pacarnya, Yewon. Sebersit rasa bersalah menghinggapinya, tetapi dia menepisnya dan langsung menyobek lembaran itu menjadi sobekan-sobekan kecil dan membuangnya ke tempat sampah.
“Aku harap kita tidak bertemu, Yewon-a. Kau adalah orang terakhir yang ingin aku temui di dunia ini,”ucap Wonbin.
“Seharusnya aku juga membuang benda ini, tapi ntah kenapa aku tidak pernah bisa,”ucap Wonbin menatap kalung salib pemberian Yewon 6 tahun lalu.
“Padahal kalung inilah yang selalu membuatku teringat padamu, Yewon-a. Hhhh… Sudahlah, aku sudah tidak mencintaimu dan sudah sepantasnya aku tidak memikirkanmu,”ucap Wonbin lalu kembali fokus mengepak semua pakaiannya.

2 Juli 2010

Wonbin dan Jonghoon duduk bersebelahan di kursi pesawat, Wonbin terlihat tertidur pulas, sedangkan Jonghoon membaca buku di sampingnya. Jonghoon melirik sahabatnya itu dan tersenyum samar saat melihat kalung yang tidak pernah lepas dari leher sahabatnya itu. Tentu saja dia tau siapa pemberi kalung itu.
“Aku tau kau masih mencintai Yewon, Wonbin-a. Kau terlalu sombong dan munafik. Ckckckck…,”gumam Jonghoon sedikit prihatin sekaligus kesal dengan sahabatnya itu.
“Kau pasti akan kaget saat bertemu dengan Yewon dan juga anakmu, Wonbin-a. Dan kau akan lebih kaget saat mengetahui siapa pria yang dipanggil appa oleh anak itu,”pikir Jonghoon.
“Ternyata peribahasa itu benar,”gumam Jonghoon mengingat sebuah peribahasa, apa yang kita tuai, itulah yang akan kita petik.
“Kuharap kau bisa melalui cobaan yang akan menimpamu, Wonbin-a,”ucap Jonghoon.
====TBC====


Please give reaction and leave comment


Read chapter 2
CREDIT: Yewonnie @Primadonnas' Island blog

 
 

Followers

My Update