Thursday, June 23, 2011

[FF/S/NC-17/11] CHERISH YOUR HEARTACHE

previous chapter: 1|2|3|4|5|6|7|8|9|10



TITLE: CHERISH YOUR HEARTACHE
GENRE: ROMANCE
LANGUAGE: BAHASA INDONESIA
RATING: NC-17/Straight
CASTS:
- Oh Won Bin
- Han Ye Won
- Song Seung Hyun


Yewon masuk ke kamar Seunghyun dan mendesah dengan kesal melihat Seunghyun yang tengah tidur dengan nyenyak. Dia menoleh menatap jam di meja belajar Seunghyun yang sudah menunjukkan pukul 5 sore dan seharusnya Seunghyun sudah bangun dan menyambutnya. Yewon menghampiri Seunghyun dan mengguncangkan bahu pria itu pelan.
“Seunghyun-a, bangunlah!,”ucap Yewon. Seunghyun bukannya membuka matanya tetapi dia justru malah menaikkan selimutnya hingga menutupi kepalanya dan berbaring menyamping. Yewon pun memutuskan untuk berlutut di depan Seunghyun dan kembali membangunkan pria itu.
“Kau mengagetkan saja!,”ucap Seunghyun terkejut saat dilihatnya wajah Yewon tepat berada di depan wajahnya.
“Cepatlah bangun! Bukankah malam ini kita akan merayakan hari ke-200 kita?,”ucap Yewon seraya membuka gorden kamar Seunghyun. Seunghyun duduk dan mengacak-ngacak rambutnya, terlihat sekali dia masih mengantuk.
“Apakah kau benar-benar baru bangun? Jangan katakan bahwa kau belum mandi!,”ucap Yewon menatap Seunghyun.
“Tskk... enak saja. Aku tadi pagi sudah bangun dan aku tidur lagi, badanku pegal sekali,”ucap Seunghyun seraya berdiri dan Yewon membelalakkan matanya saat dilihatnya bagian bawah Seunghyun hanya tertutup boxernya.
“Cepatlah mandi!,”ucap Yewon seraya mendorong badan Seunghyun dan memberikan handuk pada pria itu.

“Haruskah aku mengenakan tuxedo?,”tanya Seunghyun yang berjalan kearah Yewon sambil mengeringkan rambutnya.
“Untuk apa?,”tanya Yewon.
“Bukankah seharusnya kita merayakan dengan cara formal?,”tanya Seunghyun.
“Dan kau malah mengenakan pakaian itu. Seharusnya kau mengenakan dress, jagi,”ucap Seunghyun.
“Tidak. Aku tidak suka. Kita rayakan biasa saja. Sesuai dengan gaya kita. Aku benar-benar tidak suka jika harus merayakannya dengan cara formal seperti candle-light dinner dan sebagainya,”ucap Yewon seraya membolak-balik majalah di tangannya.
“Benarkah? Untung saja aku belum memesan tempat,”ucap Seunghyun heran dan Yewon langsung mendelik padanya.
“Jangan membuang-buang uang untuk hal yang tidak penting,”ucap Yewon.
“Aigoo~~ Kurasa aku tidak salah memilih kekasih,”ucap Seunghyun seraya mengusap pelan rambut Yewon.
“Ahh... apa kau tidak lapar?,”tanya Seunghyun.
“Kita makannya nanti malam saja. Dari pada sekarang makan dan nanti beli lagi,”tolak Yewon.
“Tapi aku benar-benar lapar,”ucap Seunghyun seraya mengusap perutnya.
“Aku masakkan ramyeon,”ucap Yewon yang langsung berdiri.
“Benarkah? Woah~~ Ini pertama kalinya kau memasak untukku, jagi,”ucap Seunghyun tidak percaya dan mengikuti Yewon ke dapur. Seunghyun langsung menahan tangan Yewon saat gadis itu hendak membuka kulkas.
“Biar aku yang ambilkan sayuran dan bahan-bahannya. Sebaiknya kau masak air dulu,”ucap Seunghyun. Walaupun Yewon merasa sedikit aneh, tapi pada akhirnya gadis itu menuruti Seunghyun dan menjauh dari kulkas dan mengambil panci lalu mengisinya dengan air. Dia juga mengambil 2 bungkus ramyeon yang ada di lemari atas. Seunghyun membuka kulkas dan mengambil 2 buah telur dan juga sawi. Dia tersenyum saat melihat cake yang memang sudah dibelinya siang tadi. Untung saja Yewon belum membuka kulkas, jika tadi dia tidak sempat mencegahnya mungkin kejutan yang sudah direncanakannya akan gagal. Yewon mengambil bahan-bahan yang disodorkan Seunghyun dan mencuci sawi. Seunghyun sendiri memasukkan ramyeon, telur dan juga bumbu ke dalam panci yang airnya sudah mendidih. Yewon memotong-motong sawi dan saat mie dan semua bahan-bahan hampir matang, dia memasukkan sawi itu.
“Ya! Nanti bisa-bisa mie nya akan sangan lembek,jagi,”protes Seunghyun.
“Kenapa? Ini kan sudah matang,”ucap Yewon seraya mengaduk pelan dan kemudian mematikan kompor.
“Ya! Memangnya sawinya sudah matang?,”protes Seunghyun mengikuti Yewon yang membawa panci ramyeon itu ke meja.
“Tentu saja. Lagi pula tidak boleh terlalu matang agar kandungan klorofil nya tidak hilang,”jawab Yewon.
“Ahh... Jadi begitu,”ucap Seunghyun paham dan mengambil sumpitnya.
“Kau mau makan dengan nasi kah?,”tanya Yewon.
“Tidak perlu,”jawab Seunghyun seraya mencicipi ramyeon itu.
“Enak,”pujinya. Yewon hanya tersenyum dan kemudian mengambil gelas lalu berjalan ke arah kulkas.
“Jangan buka kulkas, jagi! Minum ini saja,”ucap Seunghyun menunjuk botol yang ada di hadapannya.
“Kenapa?,”tanya Yewon heran.
“Sudahlah, turuti saja perkataanku,”jawab Seunghyun sambil tetap memakan ramyeonnya. Yewon pun akhirnya menurut saja dan tidak jadi membuka kulkas.
“Kupikir kau tidak bisa masak, ternyata bisa,”ucap Seunghyun.
“Tskk... Kalau hanya ramyeon tentu saja aku bisa. Kalau yang lain... jangan suruh aku mencobanya,”ucap Yewon lalu berjalan ke ruang tamu. Seunghyun menolehkan kepalanya dan mengikuti kemana Yewon pergi. Dia melihat Yewon mengambil sesuatu di sofa dan membawanya. Sebuah tas kardus kecil dengan sesuatu di dalamnya.
“Apa itu?,”tanya Seunghyun saat Yewon kembali.
“Nanti juga kau akan tau,”jawab Yewon tersenyum manis.
“Hadiah untukku kah?,”tanya Seunghyun.
“Mmm... Mungkin,”jawab Yewon misterius.
“Yasudah,”ucap Seunghyun tidak mau bertanya lagi dan menghabiskan makanannya.
“Kau yang cuci piring ya,”ucap Yewon.
“Baiklah,”jawab Seunghyun seraya membawa panci itu ke bak cuci piring dan mencucinya. Yewon hanya menatap punggung Seunghyun. Terkedang kekasihnya itu bisa sangat penurut, tetapi itu benar-benar jarang terjadi.

=============================

Wonbin dengan gusar berjalan mondar-mandir dengan ponsel di tangannya. Dia melihat jam tangannya dan melihat jam sudah menunjukkan pukul 7 malam. Dia benar-benar khawatir jika ternyata Yewon tidak bisa menolak rayuan Seunghyun dan mereka...
“Aisshhh~~”umpat Wonbin kesal karena pikiran itu terus masuk ke otaknya dan membuat pikirannya kacau. Wonbin pun akhirnya memutuskan untuk menghubungi Yewon tetapi ternyata tidak ada jawaban.
“Aishhh~~ bagaimana jika saat ini mereka sedang... Aishhh~~ Tidak! Tidak! Tidak mungkin! Yewon pasti menepati janjinya,”ucap Wonbin semakin gusar.
“Huftt... Tenangkan dirimu, Wonbin-a. Yewon tidak mungkin melakukan itu. Ya, benar. Bayangkan saja jika sekarang mereka berdua sedang makan malam,”ucap Wonbin pada dirinya sendiri.
“Oh sial!!,”umpat Wonbin karena ternyata dia benar-benar kesal jika harus membayangkan bahwa saat ini Yewon tengah makan malam romantis dengan Seunghyun. Dia benar-benar tidak suka jika harus membayangkan bahwa Yewon tersenyum sangat manis pada Seunghyun dan akhirnya Seunghyun mengecupnya dengan lembut.
“Oh, Tuhan!! Bantu aku mengenyahkan pikiran-pikiran aneh ini!!,”ucap Wonbin frustasi. Wonbin sedikit terkejut saat ponselnya begetar. Dia buru-buru mengangkatnya saat melihat nama Yewon tertera disana.
“Yeoboseyo!,”jawab Wonbin.
“Oppa, ada apa?,”tanya Yewon.
“Tidak. Aku hanya...,”jawab Wonbin yang ntah mengapa menjadi kehilangan kata-kata.
“Kau tenang saja, oppa. Aku akan memegang janjiku,”ucap Yewon yang sudah tau apa maksud Wonbin.
“Aku mungkin nanti akan pulang jam 11. Bisakah kau menungguku di depan?,”tanya Yewon.
“Hmm... baiklah,”jawab Wonbin lalu memutus hubungan dua arah itu. Wonbin kini bisa bernapas lega dan duduk di sofa dengan tenang.
“Kurasa kekhawatiranku terlalu berlebihan,”ucapnya.

=======================

“Siapa?,”tanya Seunghyun dengan 2 bungkusan pizza di tangannya.
“Wonbin oppa,”jawab Yewon seraya mengambil salah satu pizza di tangan Seunghyun dan membukanya.
“Hoah~~ Harumnya enak sekali. Aku ingin cepat-cepat memakannya. Oppa, cepatlah!,”ucap Yewon pada Seunghyun yang sedang di dapur, mengambil piring, gelas dan sebotol wine.
“Tskkk... Kau tidak sabar sekali,”ucap Seunghyun yang akhirnya kembali.
“Jangan kau makan dulu!,”ucap Seunghyun saat Yewon sudah mengambil sepotong pizza.
“Kenapa?,”tanya Yewon bingung. Seunghyun tidak menjawab apa-apa dan menuju kulkas. Yewon langsung tersenyum saat melihat apa yang Seunghyun ambil. Sebuah cake cokelat besar dengan lilin angka 200 di atasnya.
“Oppa, itu terlihat seperti perayaan 200 tahun,”ucap Yewon tertawa pelan.
“Bukankah bagus? Berarti kita akan bersama selamanya, jagi,”ucap Seunghyun dan meletakkan kue itu. Dia kemudian menyalan lilinnya.
“Apakah kita perlu mematikan lampu?,”tanya Seunghyun.
“Tidak. Aku tidak suka gelap,”tolak Yewon.
“Tapi kurang berkesan jika terang begini. Sudahlah, aku matikan saja lampunya,”ucap Seunghyun lalu berjalan kea rah stop kontak dan mematikan lampu.
“Ok. Ayo kita tiup lilinnya!,”ucap Yewon semangat.
“Tidak! Itu tidak berkesan sama sekali. Bagaimana jika kita saling mengungkapkan perasaan terlebih dahulu?,”tanya Seunghyun.
“Yang benar saja! Ayolah langsung saja, oppa! Aku benar-benar lapar,”rajuk Yewon.
“Tidak. Kita harus melakukan itu dulu!,”ucap Seunghyun tegas.
“Mmm... apa yang harus aku ucapkan?,”tanya Yewon bingung.
“Terserah kau saja,”jawab Seunghyun. Yewon berpikir dan Seunghyun dengan sabar menunggunya seraya tersenyum menatap wajah Yewon.
“Mmm... Aku senang bisa punya kekasih untuk pertama kalinya. Dan itu adalah kau. Aku senang karena kau sangat perhatian dan juga manis, walaupun kau sangat porno,”ucap Yewon yang langsung membuat Seunghyun tertawa pelan.
“Mmm... Aku benar-benar senang selama 200 hari hubungan kita. Ah.. tidak! Aku benar-benar bahagia bisa bertemu denganmu. Walaupun pertemuan kita sangat aneh dan... mmm... sedikit tidak berkesan,”lanjut Yewon.
“Ahh... Oppa! Dan kurasa aku tidak bisa mewujudkan keinginanmu malam ini. Aku sedang datang bulan,”ucap Yewon menatap Seunghyun dengan perasaan bersalah.
“Tidak masalah,”jawab Seunghyun tersenyum.
“Apakah kau sudah selesai?,”tanya Seunghyun.
“Ya,”jawab Yewon.
“Tskkk... sedikit sekali,”ucap Seunghyun.
“Mmm... ucapanku ini akan lebih panjang dan aku mohon kau jangan menginterupsi,”pesan Seunghyun.
“Ok,”jawab Yewon paham.
“Dan kuharap kau juga tidak tertawa,”ucap Seunghyun lagi.
“Baiklah, aku mengerti,”ucap Yewon.
“Aku... jujur saja. Tidak pernah berpikir akan menjalin hubungan denganmu,”ucap Seunghyun menatap Yewon. Kemudian pria itu kembali menatap ke arah lain, sepertinya dia tidak bisa menatap Yewon terlalu lama saat ini.
“Saat pertemuan kita pun, aku tidak memiliki prasangka bahwa pada akhirnya kita akan bersama. Saat itu aku hanya melihatmu sebagai seorang gadis yang sedang menangis dan ntah kenapa, aku merasa bahwa aku harus melindungimu,”ucap Seunghyun.
“Saat itu... aku... mm... bisa dikatakan bahwa aku hanya beranggapan kau hanyalah gadis kecil, mm... seperti seorang adik bagiku. Hanya saja... ntah kenapa aku justru tidak bisa mengenyahkan bayangan wajahmu dari pikiranku,”ucap Seunghyun tertawa pelan.
“Dan saat itu, aku merasa sedikit aneh dengan diriku sendiri. Saat pertanyaan ‘apakah aku jatuh cinta padamu?’ tiba-tiba muncul dibenakku, itu membuatku sedikit aneh. Apakah aku benar-benar mencintaimu? Pertanyaan itu benar-benar terus berulang-ulang. Sampai akhirnya, aku mendapat jawaban bahwa aku memang mencintaimu,”
“Pada awalnya, aku bingung apakah aku harus mengungkapkannya atau tidak. Karena jujur saja, aku sama sekali tidak berpikir bahwa kau juga menyukaiku dan sedikit takut jika nantinya kau akan menolakku dan bahkan mungkin menjauhiku,”
“Dan... jika mengingat saat kita resmi berpacaran..membuatku selalu tersenyum,”ucap Seunghyun menatap Yewon dan melihat pipi gadis itu merona.
“Tskkk... tapi jika dipikir-pikir, aku ini seperti pria bejad saja. Dan kau benar, aku memang mesum. Dan itu pun yang sebenarnya menjadi kekhawatiranku. Hanya saja, sebagai seorang pria bukankah hal yang normal memiliki pikiran seperti itu? Dan... aku senang karena kau memakluminya dan aku pun minta maaf jika selalu menyentuhmu. Tapi jujur saja, aku menyentuhmu seperti itu untuk menunjukkan betapa aku sangat mencintaimu dan ingin memilikimu. Aku bukanlah pria yang bisa berkata-kata manis, maka dari itu aku menunjukkannya dengan tindakan.”
“Dan aku harap, kau tetap mau berada disisi pria sepertiku. Sesosok pria yang tidak mungkin menjadi idaman setiap wanita. Dan aku rasa, aku tidak akan bisa jika harus mencari gadis lain, karena gadis itu sudah ada di hadapanku. Aku tidak akan melihat gadis lain. Sungguh! Aku akan selalu setia padamu!,”ucap Seunghyun mengakhiri pernyataannya dan membuat Yewon terharu dan meneteskan air matanya. Seunghyun tersenyum dan mengusap pipi Yewon perlahan.
“Aku tidak menyangka kau bisa berkata-kata manis seperti itu,”ucap Yewon dan Seunghyun tertawa.
“Ayo kita tiap lilinnya!,”ucap Seunghyun.
“Untuk hubungan yang lebih baik dan—,”ucap Seunghyun menatap Yewon.
“Untuk kebersamaan yang tiada akhir,”lanjut Seunghyun lalu mereka berdua meniup lilinnya.
“Oppa, nyalakan lampunya,”perintah Yewon dan Seunghyun langsung berjalan untuk menyalakan lampu.
“Kurasa kita tidak akan mampu menghabiskannya,”ucap Seunghyun menatap 2 loyang pizza dan juga cake.
“Aku yang akan menghabiskannya,”ucap Yewon mencicipi cake cokelat di depannya.
“Hoah!! Enak sekali. Kau harus coba, oppa,”ucap Yewon seraya memberikan sesuap cake pada Seunghyun.
“Ayo kita pesta! Hoahh~~ perutku pasti akan kenyang sekali,”ucap Yewon mulai memakan pizza nya.
“Kuharap kau tidak menjadi gendut, Yewon-a,”ucap Seunghyun.
“Tenang saja. Jika berat badanku bertambah karena ini, aku akan diet,”jawab Yewon tetap memakan pizza nya. Seunghyun pun ikut makan dan makan malam ini terasa lebih menyenangkan dari pada malam-malam sebelumnya. Yewon membuatnya bahagia. Ya, dia tau itu.

==========================

“Annyeong haseyo, hyung!,”sapa Seunghyun malam itu saat mengantar Yewon pulang.
“Oh. Annyeong!,”balas Wonbin.
“Oppa, ini aku bawakan pizza untukmu,”ucap Yewon menyodorkan pizza ke arah Wonbin dan Wonbin menerimanya.
“Aku dan Seunghyun tidak sanggup menghabiskannya, jadi kami memutuskan untuk memberikannya padamu,”jelas Yewon.
“Jadi ini sisa?,”tanya Wonbin tidak percaya.
“Bukan begitu, hyung. Tadi kami membeli 2 loyang pizza dan kami hanya makan satu. Itu sama sekali belum kami sentuh,”jelas Seunghyun.
“Ahh.. jadi begitu,”ucap Wonbin paham.
“Kalau begitu, aku pulang dulu,”pamit Seunghyun.
“Hati-hati, oppa,”pesan Yewon dan Seunghyun tersenyum lalu masuk ke dalam mobilnya.

“Bagaimana perayaannya?,”tanya Wonbin dengan sepotong pizza di tangannya.
“Menyenangkan. Perutku benar-benar kenyang. Kurasa berat badanku naik drastis,”jawab Yewon seraya memegang perutnya.
“Memang kalian makan apa?,”tanya Wonbin tetap menikmati pizza di hadapannya.
“Kami makan pizza dan cake cokelat. Enak sekali, oppa,”jawab Yewon.
“Apa kau sudah memberikan cokelat buatanmu?,”tanya Wonbin dan Yewon langsung membelalakkan matanya.
“Omona!! Aku lupa, oppa!!,”pekik Yewon.
“Aishhh!! Cokelat itu aku letakkan di meja dapur. Seunghyun oppa pasti membukanya sekarang. hanya saja, benar-benar tidak berkesan jika aku tidak memberikannya langsung,”ucap Yewon dengan wajah tertekuk.
“Telepon dia saja!,”usul Wonbin.
“Telepon? Tidak. Biar saja. Kalau dia tidak memakan cokelat itu sekarang, biar tikus saja yang memakan cokelat itu,”ucap Yewon kecewa. Wonbin yang melihat raut wajah Yewon menjadi tidak nyaman.
“Aigoo~ kau jangan seperti anak kecil. Cepat hubungi dia dan suruh dia memakan cokelat itu,”ucap Wonbin.
“Sudahlah, biarkan saja,”ucap Yewon lalu berdiri dan berjalan dengan lunglai ke kamarnya.
“Tskkk... Anak itu benar-benar ceroboh,”ucap Wonbin heran.

===================TBC=================



Please give reaction and leave comment


credit: Yewonnie @Primadonnas' Island blog

 
 

Followers

My Update